Rakaat Kosong
Posted in
Jumat, 20 November 2009
Telah kudengar kubah masjid berdendang.
Pada malam yang membekukan kenangan.
Menjadi bongkahan sesal yang tergeletak
di ujung kamar. Kasih, suara adzan yang
menggema itu tak lagi mengkhusyukkan
kalbuku. Entah di mana puing - puing ke-
sadaran menjelma uap - uap keheningan
yang kurasa saat takbir demi takbir berdesir
pelan.
Telah kupancang ratusan rakaat di halaman
rumahku. Burung - burung hinggap dan mematuki
rapal do'aku. Cecak dan semut berseru,
" Hei manusia! Di ruang gelap yang sepi ini, jawablah,
nama siapa yang kan kau sebut sebelum mati?"
Dan gedung yang kubangun di seberang jalan
Seolah memantulkan i'tidal, rukuk, dan sujudku
Menjadi potret semu: tak terbaca selalu.
Telah kufahami isyarat yang dikirm Tuhan
Lewat desir angin malam, butir embun di dasar jalan,
juga raut wajahku yang semakin renta;
pada segenap umur yang tercatat di dahiku,
dosa hinggap dan melekat tanpa malu,
hingga sholat - sholat ku,
Di mana isi rakaat itu?
Agustus 2009
By Kaq Na
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar